Kain Tradisional vs Masa Depan dalam Koleksi Evening Wear
Koleksi evening dress Defrico Audi. (Foto: Yudi Prayudi Pratomo/Highend)
Dalam setiap koleksi yang diperagakan, keenam perancang ternama Indonesia itu tetap menyuguhkan kain tradisional yang kaya motif atau ragam hias dan tekstur, dengan apa yang akan berlaku pada mode masa depan.
Adapun keenam desainer yang masing-masing menampilkan 10 rancangan, terdiri dari Hengki Kawilarang, Agnes Budhisurya, Lailawati Nahrawi, Alisa Listiawaty, Defrico Audy, dan Marga Alam.
Hengki Kawilarang
Mengungkap sisi gelap romantisme percintaan, bahwa cinta tidak selalu indah, putih, suci, tapi kadang juga menyakitkan. Hengki mengangkat tema Noir d'amor.
Terinspirasi dari "broken heart women" terwujud gaun cocktail dan evening gown dengan nuansa warna gelap, hitam, dan midnight blue.
Koleksi busana yang sophisticated dan elegan, berdetail unik dan cantik, tapi strong, dengan bahan utama tafetta, silk, crepe, tulle, dan chantily vintage lace. Styling Parisian modern Eropa yang dinamis, romantis, dan strong woman. Aneka korset, dress, capucong, coat, dan stoking renda menjadi hot styling koleksi Hengki kali ini.
Agnes Budhisurya
Lewat tema Langgeng Dahayu, Agnes ingin mengangkat kecantikan seorang wanita hingga usia senja. Kecantikan yang langgeng sangat perlu diperhatikan, cantik di usia muda, di usia senja pun tetap harus dipelihara. Cantik dari luar dengan mematut penampilan sejalan dengan cantik dari dalam.
Seperti lotus yang selalu tampak cantik dan anggun walau tumbuh dalam genangan lumpur. Daun yang lebar berlekuk dengan gurat-gurat tulang yang kokoh tampak megah dan perkasa, tidak terganggu oleh luka di sana sini akibat kikisan cuaca ataupun gigitan ular yang menumpang hidup.
Bahkan di usianya yang makin merapuh, lembar daun yang berkerut mengering membentuk lekuk yang sangat artistik. Mangkuk buahnya yang kering, bertengger di puncak tangkai tampak garang menjaga bunga-bunga remaja yang mulai mekar.
Bunganya megah bermekaran menyambut datangnya fajar, menampung tetes embun yang berkilau ditimpa sinar pagi. Ketika helai-helai mahkotanya runtuh cantik juga mengambang, bergerak pelan di permukaan kolam.
Kemudian Agnes menerangkan filosofi pada daun lotus yang berbentuk lebar, berlekuk dengan gurat-gurat tulang yang kokoh. Hal ini mencerminkan kemegahan, perkasa tidak terganggu oleh luka di sana-sini akibat kikisan cuaca ataupun gigitan ulat yang menumpang hidup di atas daun.
"Bahkan di usianya yang makin merapuh, lembar daun yang berkerut, mengeringpun membentuk lekuk yang sangat artistik. Cantiknya langgeng hingga lanjut usia," kata Agnes saat ditemui di Hotel Mulia, Jakarta, Senin (22/11/2010).
Di atas panggung gaun berbahan sutra dengan gaya atau teknik melukis ciri khasnya, mengisyaratkan bunga lotus nan megah bermekaran menyambut datangnya fajar, menampung tetes embun yang berkilau ditimpa sinar pagi. Dia menerangkan, ketika helai-helai mahkotanya runtuh cantikpun masih mengambang indah meski di kolam yang keruh.
"Coba ingat wahai perempuan tetap dan cobalah cantik seperti lotus di segala usia dan suasana," imbuhnya.
Lailawati Nahrawi
Dalam tema Metamorphose, Lailawati menuangkan karya perjalanan ulat menjadi kupu-kupu yang tergantung putik sari bunga merupakan konsep perubahan bentuk dari awal desain yang klasik hingga berubah desain dan warna yang beragam.
Dituangkan dalam warna kuning emas, hijau, teracotta, dan menggunakan bahan organza, tafetta, chiffon, serta lace, membentuk kupu-kupu yang cantik.
Alisa Listiawaty
Dengan tema Enchanted, Alisa mengangkat konsep masa depan dengan dilatarbelakangi suatu harapan, keinginan, dan perubahan, penggunaan kain, tafetta, silk shifon, dan hand painting.
Defrico Audy
Terinspirasi dari penggabungan dua suku primitif yang berada di Tibet dan Bali. Mengambil cara berpakaian para penduduk atau suku Tibet yang menggunakan baju secara bertumpuk dan mix and match dengan bahan tenun ende dari Ubud, Bali, Defrico Audy mengangkat tema Neo Tribalism.
Marga Alam
Marga Alam kali ini mengangkat tema Basi
16 Desainer Top Unjuk Kebaya Kontemporer & Modern
Koleksi Anne Avantie (Heru H/Okezone)
SEBANYAK 16 perancang top di Tanah Air unjuk kreativitas merancang busana kebaya di acara pembukaan Jakarta Fashion Week 2010/2011. Mereka menghadirkan kebaya tidak lagi berkesan kuno, tetapi lebih kontemporer dan modern.
Para perancang pilihan ini adalah Edward Hutabarat, Ari Seputra, Ghea Panggabean, Adjie Notonegoro, Harry Dharsono, Priyo Oktaviano, Raden Sirait, Suzy Lucon, Ramli, Widi Budimulia, dan koleksi Museum Afif Syakur-Yogyakarta. Selain mereka, ada pula beberapa desainer yang ikut berpartisipasi seperti Anne Avantie, Afif Syakur, Ferry Sunarto, Lenny Agustin, Marga Alam, dan Musa Widyatmodjo. Kali ini mereka diberikan kesempatan menampilkan satu rancangan kebaya yang sesuai dengan judul acara “A Tribute to Kebaya”.
“Koleksi saya kali ini tampil berbeda. Saya memamerkan kebaya kasik kutu baru warna putih yang dilengkapi stagen dan selendang dari kain jumputan. Untuk padanannya, saya pilih batik motif klasik,” ucap Anne Avantie yang ditemui okezone usai pergelaran busana di Pacific Place, Jakarta Selatan, Sabtu (6/11/2010).
Anne mengaku pilihan desain busana tersebut memang bukan inisiatif sendiri, melainkan ditentukan oleh panitia JFW. Namun begitu, desainer asal Kota Semarang ini tetap nyaman sekalipun terbiasa merancang kebaya dengan gaya ekstravaganza, potongan asimetris, dan penuh taburan payet.
Sementara untuk koleksi Musa Widyatmodjo terlihat lebih modern. Mantan Ketua Umum Pusat Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) ini menampilkan kebaya peranakan yang ringan dan feminin dengan padanan batik modern.
“Kebaya tidak selamanya ditampilkan dalam bentuk klasik, tetapi bisa lebih modern dan mengikuti tren terkini. Karena itu, saya pun selalu menghadirkan sesuatu yang lagi up-to-date dalam dunia fesyen. Bentuk-bentuk struktural, misalnya,” kata Musa, semangat.
Berbeda dengan koleksi Anne Avantie dan Musa Widyatmodjo, desainer yang sedang naik daun Lenny Agustin menghadirkan kebaya yang sangat edgy. Lenny menghadirkan gaya kebaya “nonya” untuk wanita muda masa kini yang dinamis dan enerjik.
“Aku suka bajunya. Modelnya sangat mewakili jiwa anak muda dan berani mengeksplorasi warna. Aku pun tertarik pakai kebaya yang seperti ini,” ujar penyanyi Titi Dwijayanti.
Dalam kesempatan tersebut, para perancang yang berpartisipasi terlihat hadir dan bergabung dengan para pencinta mode, kecuali Adjie Notonegoro yang kini sedang tersandung masalah hukum.
“Saya di sini mewakili Mas Adjie. Saya tentu saja terharu karena Mas Adjie masih bisa memamerkan kebaya di ajang JFW. Saya berharap selepas keluar dari penjara, Mas Adjie masih tetap berkarya di dunia fesyen,” tutup keponakan Adjie Notonegoro, Ivan Gunawan.
Acara Jakarta Fashion Week 2010/2011 dibuka secara resmi oleh Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo. Selain peragaan busana, acara tersebut juga dimanfaatkan untuk penggalangan dana membantu para korban bencana alam Merapi, Mentawai, dan Wasior.
(tty)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar